RESUME
JURNAL 1“URGENSI
PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGATERHADAP
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK”
oleh
Jumri Hi. Tahang Basire
Dalam
dunia pendidikan, ada tiga lembaga yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak yang dikenal dengan sebutan Tripusat Pendidikan,
yaitu lembaga keluarga, lembaga sekolah dan lembaga masyarakat. Sesuai dalam
GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1978) ditegaskan bahwa “pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat”.
Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima pendidikan dan
pembinaan. Setelah itu, pendidikan dapat diperoleh dari sekolah dan masyarkat.
Dari
pendidikan banyak terjadi perkembangan dunia, di segi pembangunan, pendidikan,
keamanan, teknologi informasi. Namun, dari perkembangan tersebut banyak
dirasakan juga menimbulkan masalah etis dan kebijakan baru bagi umat manusia.
Efek samping itu ternyata berdampak sosiologis, psikologis dan bahkan teologis
sehingga nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat menghilang fungsinya.
Untuk
menyikapi fenomena global seperti itu, maka penanaman nilai-nilai keagamaan ke
dalam jiwa anak secara dini sangat dibutuhkan. Dalam hubungan itu, keluarga
pada masa pembangunan (dalam konteks keindonesiaan dikenal dengan era tinggal
landas) tetap diharapkan sebagai lembaga sosial yang paling dasar untuk
mewujudkan pembangunan kualitas manusia dan lembaga ketahanan untuk mewujudkan
manusia-manusia yang ber-akhlakul karimah (Sulastri, 1993).
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan terdahulu, maka yang menjadi permasalahan pokok
dalam makalah ini ialah “bagaimana urgensi penerapan pendidikan agama kepada
anak dalam keluarga dan peranannya dalam membentuk kepribadian anak”.
Selanjutnya, permasalahan pokok tersebut dirumuskan untuk menjadi acuan
pembahasan adalah: bagaimana urgensi penerapan pendidikan agama terhadap anak
dalam keluarga? Bagaimana penerapan pendidikan agama kepada anak dalam keluarga
terhadap penanaman nilai-nilai moral keagamaan?
Pendidikan
agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini
ketika masih muda. Dilihat dari segi usia dini, anak mayoritas adalah
berkomunikasi dengan orang tua atau dengan lingkungan rumah tangga. Oleh karena
itu, pendidikan agama bisa maksimal jika mulai ditanamkan sejak dari keluarga
untuk memberikan kepada anak bekal pengetahuan agama dan nilai-nilai budaya
Islam yang sesuai dengan umurnya sehingga dapat menolongnya kepada pengembangan
sikap agama yang betul. Inti pendidikan
agama sesungguhnya adalah penanaman iman kedalam jiwa anak didik, dan untuk
pelaksanaan hal itu secara maksimal hanya dapat dilaksanakan dalam rumah
tangga.
Dari
segi kegunaan, pendidikan agama dalam rumah tangga (keluarga) berfungsi sebagai
berikut: Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak
mewarnai perkembangan jasmani dan akal anak. Kedua, penanaman sikap yang
kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah (Tafsir,
1994). Demikianlah, keluarga pernah dan masih tetap merupakan tempat pendidikan
pertama, tempat anak berinteraksi dan menerima kehidupan emosional.
Individu
dewasa ini menghadapi arus informasi dan budaya modern yang mesti disikapi.
Kesalahan utama yang dilakukan budaya modern yang berpijak pada budaya barat
adalah lahirnya pandangan bahwa segala yang bersumber dari barat diserap dan
dianggap sebagai ciri kemodernan (Ashmed, 1993). Menyebabkan generasi-generasi
muda (remaja) terjerumus ke dalam berbagai bentuk Penyimpangan dan kenakalan
yang tidak dapat ditolerir secara agamis.
Bekal
pendidikan agama yang diperoleh anak dari lingkungan keluarga akan memberinya
kemampuan untuk mengambil haluan di tengah-tengah kemajuan yang demikian pesat.
Oleh sebab itu, penerapan pendidikan agama bagi anak dalam keluarga merupakan
sebuah keharusan dan membutuhkan perhatian yang serius. Kenyataan membuktikan
bahwa anak-anak yang semasa kecilnya terbiasa dengan kehidupan keagamaan dalam
keluarga, akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian
anak pada fase-fase selanjutnya.
Pendidikan
agama sangat terkait dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian islam adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama. Hal tersebut karena agama selalu menjadi
parameter, sehingga yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang
buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama. Oleh sebab itu, tujuan tertinggi
pendidikan islam adalah mendidik jiwa dan akhlak (Arifin, 1996). Pada setiap
anak, sebagian besar tingkah lakunya diberi corak oleh tradisi kebudayaan serta
kepercayaan keluarga. Jadi penerapan pendidikan keluarga, khususnya dalam
pendidikan, akhlak harus dibina dari kecil dengan pembiasaan-pembiasaan dan
contoh teladan dari keluarga terutama kedua orang tua. Dengan demikian anak
akan memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar akhlak.
Anak
adalah generasi penerus yang di masa depannya akan menjadi anggota masyarakat
secara penuh dan mandiri. Oleh karena itu seorang anak sejak kecil harus sudah
mulai belajar bermasyarakat, agar nantinya dia dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang dapat menjalankan fungsi-fungsi sosialnya. Lingkungan
sosial yang pertama bagi anak ialah rumah. Lingkungan keluarga itu akan membawa
perkembangan perasaan sosial yang pertama misalnya, perasaan simpati yaitu
suatu usaha untuk menyesuaikan diri dengan perasaan orang lain.
Penerapan
pendidikan agama terhadap anak sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap
dan tingkah laku anak. Pemberian modal-modal keagamaan dalam keluarga, secara garis
besarnya dapat melahirkan implikasi-implikasi sebagai berikut: (a) anak
memiliki pengetahuan dasar-dasar keagamaan, (b) anak memiliki pengetahuan dasar
akhlak, (c) anak memiliki pengetahuan dasar sosial. Pengetahuan-pengetahuan
dasar tersebut memiliki arti penting untuk pencapaian tujuan asasi dari
pendidikan Islam, yaitu penanaman iman dan akhlaqul karimah.
Dengan demikian, terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua
terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada
lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi pribadi atau diri sendiri. Selain
itu, keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya
untuk mengembangkan dan membentuk diri dan fungsi sosialnya. Di samping itu,
keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti
kepada Tuhan sebagai perwujudan hidup yang tertinggi.
sekian resume nya gan, semoga bermanfaat bagi agan yang mau membaca dan ane dapat pahala udah berbagi ilmu hehehe... pokoke aamiin gan!
sekian resume nya gan, semoga bermanfaat bagi agan yang mau membaca dan ane dapat pahala udah berbagi ilmu hehehe... pokoke aamiin gan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar