Translate

Rabu, 11 Juni 2014

PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN EMOSIONAL ANAK


Assalamu`alaikum agan sista,,
nih mau ane terusin tentang resume jurnal,, kali ini beda judul dan pembuatnya baca deh selengkapnya gan !
selamat mebaca ........... :-)

RESUME JURNAL 2
“PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN EMOSIONAL ANAK”
Oleh Yuni Setia Ningsih
Keluarga yang mampu mempersiapkan generasi yang baik adalah keluarga yang mampu memberikan pendidikan sikap sehingga emosionalnya terarah dan proporsional. Keluarga sebagai lembaga terkecil di dalam masyarakat diharapkan mampu menyiapkan mental anak dalam menghadapi hidupnya pada masa mendatang. Apabila didikan anak dalam keluarga baik dan terarah, maka kelak anak akan tumbuh dewasa sebagai manusia yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Orangtua sebagai pendidik di lingkup keluarga harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan emosional anak dan juga harus mengetahui kewajibannya dalam mendidik anak. Oleh karena itu, tulisan ini akan membicarakan tentang pembentukan keluarga yang ideal sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap anak, perkembangan emosional anak, dan peranan keluarga dalam pendidikan emosional anak.

Dalam kaca mata Islam, keluarga ideal adalah keluarga yang di dalamnya diisi dengan mawaddah dan rahmah. Mawaddah atau cinta merupakan perasaan saling mencintai yang menjadikan hubungan kekeluargaan berdiri atas dasar keridhaan dan kebahagiaan. Rahmah adalah kasih sayang yang menjadi sumber munculnya sifat lemah lembut, kesopanan akhlak, dan kehormatan prilaku.

Dalam pembentukan keluarga islami untuk menciptakan keluarga yang mawaddah dan rahmah dapat diawali dengan mencari calon suami/istri yang baik. Secara global, Nabi Muhammad SAW memberikan kriteria di dalam memilih calon suami maupun istri. Di dalam sebuah sabdanya, Nabi Muhammad SAW menyatakan secara tegas persyaratan dalam memilih calon istri maupun suami. Persyaratan yang paling utama adalah dari sisi agama dan akhlaknya. Karena Islam menginginkan keluarga sebagai home bagi semua anggota keluarganya, sehingga slogan baiti jannati serta there is no place like home menjadi motivator untuk saling menyayangi dan mengasihi.

Perkembangan dan pertumbuhan merupakan dua hal yang berkembang secara beriringan. Pertumbuhan dan perkembangan terus-menerus yang terdapat dalam diri manusia cakupannya sangat luas. Hal ini meliputi periode prenatal, neonatal, bayi, kanak-kanak, pubertas, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Namun demikian, dalam pembahasan ini, pembicaraan tentang pertumbuhan dan perkembangan dibatasi hanya pada masa perkembangan emosi dimulai sejak nol tahun hingga masa akhir anak-anak, yakni usia 12 tahun. Disini akan dijelaskan perkembangan secara kualitatif, bahwa perkembangan bukan hanya dilihat pada pertumbuhan fisik. Akan tetapi, merupakan keterpaduan yang kompleks antara fisiologis dan psikologis sehingga seseorang dapat mencapai kematangan, baik dalam bertindak, bersikap, dan berpikir. Irwan Prayitno menggambarkan perihal emosi dengan cara sederhana. Menurutnya, emosi adalah suasana hati seperti marah, senang, sedih, gembira, dan takut. Dan setiap manusia memiliki suasana hati tersebut.

Ajaran Islam menganjurkan penganutnya untuk bersabar dan juga mengajarkan untuk selalu bersikap lemah lembut Begitu pentingnya permasalahan emosi, Islam menganjurkan bahwa emosi-emosi tersebut harus diarahkan kepada hal-hal yang positif. Bimbingan dan arahan tersebut tentunya tidak terlepas dari tahapan-tahapan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik, baik itu di lingkungan formal maupun non-formal.

Berkaitan dengan penjenjangan pertumbuhan dan perkembangan anak, di dalam pembahasan ini penulis membatasi hanya pada tiga fase, yakni fase persiapan atau (0-2 tahun), fase permulaan atau (2-6 tahun), dan fase paripurna anak atau atau (6-12 tahun). Dalam hal ini, diperlukan penjelasan tentang perkembangan anak pada fase tersebut sehingga orangtua nantinya akan mampu mengarahkan anak pada lingkup emosi yang positif.

1.                  Fase Persiapan atau (0-2 th)
Pada fase ini emosi anak belum dapat dideteksi secara khusus, tetapi dapat dilihat dari reaksi yang dilakukan oleh si bayi. Pada tahap ini, reaksi emosionalnya hanya dapat diuraikan sebagai keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama, ditandai dengan tubuh yang tenang; yang kedua, ditandai dengan tubuh yang tidak tenang. Oleh karena itu, pada fase ini perkembangan anak pada aspek inderawi masih mendominasi terutama indera pendengaran. Sikap dan perlakuan orangtua akan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

2.                  Fase Permulaan Anak atau (2-6 th)
Pada tahap pertama emosi anak-anak belum bisa dibedakan dan juga belum ada ciri khusus yang signifikan. Akan tetapi, semakin bertambah usia anak mulai menampakkan emosinya yang jelas. Ekspresi kemarahan tidak selalu ditunjukkan dengan berteriak-teriak dan berguling-guling. Ia mulai belajar untuk menahan kemarahan serta mengendalikan emosinya.

3.                  Fase Paripurna Anak-Anak atau (6-12 tahun)
Anak-anak pada masa ini mengalami tingkat kecemasan yang lebih besar daripada masa sebelumnya. Ia merasa takut kehilangan kasih sayang, perhatian, dan dukungan orangtuanya Perkembangan aspek nalar anak pada fase ini membuatnya mulai melepaskan diri dari dominasi orangtua. Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas. Berkembangnya aspek sosial dalam diri anak pada masa ini membantu perkembangan sisi emosional.

Berkaitan dengan aspek emosional anak, kasih sayang orangtua sangat diperlukan anak pada awal-awal pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa bayi anak sangat tergantung pada orangtuanya dikarenakan ketidak-berdayaannya dan juga banyaknya bahaya yang mengancam dirinya. Pada periode ini, rasa cinta dan kasih sayang mutlak diperlukan oleh anak agar kehidupannya kelak berkembang normal. Kurangnya cinta dan kasih sayang orang tua bisa berakibat fatal pada perkembangan anak selanjutnya. Hal ini bisa menyebabkan anak tersebut mundur dalam perkembangan motorik. Menurut Banu Garawiyan, kasih sayang merupakan “makanan” yang dapat menyehatkan jiwa Anak. Secara alamiah makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Dengan kasih sayang, aspek kejiwaan anak berkembang dengan baik karena ia merasa diterima di dalam komunitasnya, baik itu di lingkungan keluarga maupun masyarakat sehingga ia pun bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain berdasarkan pengalaman hidup yang ia jalani.

terimakasih udah baca-baca posting ane gan.. semoga manfaat dunia hingga akhirat, untukku dan untukmu hehehe  aamiin ya rabb
wassalam dari cah klah 73 :-)

Tidak ada komentar: