Assalamu`alaikum agan sista,,
nih mau ane terusin tentang resume jurnal,, kali ini beda judul dan pembuatnya baca deh selengkapnya gan !
selamat mebaca ........... :-)
RESUME JURNAL 2
“PERANAN
KELUARGA DALAM PENDIDIKAN EMOSIONAL ANAK”
Oleh Yuni Setia Ningsih
Keluarga yang mampu mempersiapkan
generasi yang baik adalah keluarga yang mampu memberikan pendidikan sikap
sehingga emosionalnya terarah dan proporsional. Keluarga sebagai lembaga
terkecil di dalam masyarakat diharapkan mampu menyiapkan mental anak dalam
menghadapi hidupnya pada masa mendatang. Apabila didikan anak dalam keluarga
baik dan terarah, maka kelak anak akan tumbuh dewasa sebagai manusia yang baik
dan bermanfaat bagi masyarakat. Orangtua sebagai pendidik di lingkup keluarga
harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan emosional anak dan juga harus
mengetahui kewajibannya dalam mendidik anak. Oleh karena itu, tulisan ini akan
membicarakan tentang pembentukan keluarga yang ideal sehingga dapat memberikan
pengaruh terhadap anak, perkembangan emosional anak, dan peranan keluarga dalam
pendidikan emosional anak.
Dalam kaca mata Islam, keluarga
ideal adalah keluarga yang di dalamnya diisi dengan mawaddah dan rahmah.
Mawaddah atau cinta merupakan perasaan saling mencintai yang menjadikan
hubungan kekeluargaan berdiri atas dasar keridhaan dan kebahagiaan. Rahmah adalah
kasih sayang yang menjadi sumber munculnya sifat lemah lembut, kesopanan
akhlak, dan kehormatan prilaku.
Dalam pembentukan keluarga islami
untuk menciptakan keluarga yang mawaddah dan rahmah dapat diawali dengan
mencari calon suami/istri yang baik. Secara global, Nabi Muhammad SAW
memberikan kriteria di dalam memilih calon suami maupun istri. Di dalam sebuah
sabdanya, Nabi Muhammad SAW menyatakan secara tegas persyaratan dalam memilih
calon istri maupun suami. Persyaratan yang paling utama adalah dari sisi agama
dan akhlaknya. Karena Islam menginginkan keluarga sebagai home bagi
semua anggota keluarganya, sehingga slogan baiti jannati serta there
is no place like home menjadi motivator untuk saling menyayangi dan
mengasihi.
Perkembangan dan pertumbuhan
merupakan dua hal yang berkembang secara beriringan. Pertumbuhan dan
perkembangan terus-menerus yang terdapat dalam diri manusia cakupannya sangat
luas. Hal ini meliputi periode prenatal, neonatal, bayi, kanak-kanak, pubertas,
remaja, dewasa, dan usia lanjut. Namun demikian, dalam pembahasan ini,
pembicaraan tentang pertumbuhan dan perkembangan dibatasi hanya pada masa
perkembangan emosi dimulai sejak nol tahun hingga masa akhir anak-anak, yakni
usia 12 tahun. Disini akan dijelaskan perkembangan secara kualitatif, bahwa
perkembangan bukan hanya dilihat pada pertumbuhan fisik. Akan tetapi, merupakan
keterpaduan yang kompleks antara fisiologis dan psikologis sehingga seseorang
dapat mencapai kematangan, baik dalam bertindak, bersikap, dan berpikir. Irwan
Prayitno menggambarkan perihal emosi dengan cara sederhana. Menurutnya, emosi
adalah suasana hati seperti marah, senang, sedih, gembira, dan takut. Dan
setiap manusia memiliki suasana hati tersebut.
Ajaran Islam menganjurkan
penganutnya untuk bersabar dan juga mengajarkan untuk selalu bersikap lemah
lembut Begitu pentingnya permasalahan emosi, Islam menganjurkan bahwa
emosi-emosi tersebut harus diarahkan kepada hal-hal yang positif. Bimbingan dan
arahan tersebut tentunya tidak terlepas dari tahapan-tahapan pendidikan yang
harus dilakukan oleh pendidik, baik itu di lingkungan formal maupun non-formal.
Berkaitan dengan penjenjangan
pertumbuhan dan perkembangan anak, di dalam pembahasan ini penulis membatasi
hanya pada tiga fase, yakni fase persiapan atau (0-2 tahun), fase permulaan
atau (2-6 tahun), dan fase paripurna anak atau atau (6-12 tahun). Dalam hal
ini, diperlukan penjelasan tentang perkembangan anak pada fase tersebut
sehingga orangtua nantinya akan mampu mengarahkan anak pada lingkup emosi yang
positif.
1.
Fase
Persiapan atau (0-2 th)
Pada fase ini emosi anak belum dapat
dideteksi secara khusus, tetapi dapat dilihat dari reaksi yang dilakukan oleh
si bayi. Pada tahap ini, reaksi emosionalnya hanya dapat diuraikan sebagai
keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama, ditandai
dengan tubuh yang tenang; yang kedua, ditandai dengan tubuh yang
tidak tenang. Oleh karena itu, pada fase ini perkembangan anak pada aspek
inderawi masih mendominasi terutama indera pendengaran. Sikap dan perlakuan
orangtua akan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.
2.
Fase
Permulaan Anak atau (2-6 th)
Pada tahap pertama emosi anak-anak
belum bisa dibedakan dan juga belum ada ciri khusus yang signifikan. Akan
tetapi, semakin bertambah usia anak mulai menampakkan emosinya yang jelas.
Ekspresi kemarahan tidak selalu ditunjukkan dengan berteriak-teriak dan
berguling-guling. Ia mulai belajar untuk menahan kemarahan serta mengendalikan
emosinya.
3.
Fase
Paripurna Anak-Anak atau (6-12 tahun)
Anak-anak pada masa ini mengalami
tingkat kecemasan yang lebih besar daripada masa sebelumnya. Ia merasa takut
kehilangan kasih sayang, perhatian, dan dukungan orangtuanya Perkembangan aspek
nalar anak pada fase ini membuatnya mulai melepaskan diri dari dominasi
orangtua. Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas.
Berkembangnya aspek sosial dalam diri anak pada masa ini membantu perkembangan sisi emosional.
Berkaitan
dengan aspek emosional anak, kasih sayang orangtua sangat diperlukan anak pada
awal-awal pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa bayi anak sangat
tergantung pada orangtuanya dikarenakan ketidak-berdayaannya dan juga banyaknya
bahaya yang mengancam dirinya. Pada periode ini, rasa cinta dan kasih sayang
mutlak diperlukan oleh anak agar kehidupannya kelak berkembang normal.
Kurangnya cinta dan kasih sayang orang tua bisa berakibat fatal pada
perkembangan anak selanjutnya. Hal ini bisa menyebabkan anak tersebut mundur
dalam perkembangan motorik. Menurut Banu Garawiyan, kasih sayang merupakan
“makanan” yang dapat menyehatkan jiwa Anak. Secara alamiah makanan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Dengan kasih
sayang, aspek kejiwaan anak berkembang dengan baik karena ia merasa diterima di
dalam komunitasnya, baik itu di lingkungan keluarga maupun masyarakat sehingga
ia pun bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain berdasarkan pengalaman
hidup yang ia jalani.
terimakasih udah baca-baca posting ane gan.. semoga manfaat dunia hingga akhirat, untukku dan untukmu hehehe aamiin ya rabb
wassalam dari cah klah 73 :-)
terimakasih udah baca-baca posting ane gan.. semoga manfaat dunia hingga akhirat, untukku dan untukmu hehehe aamiin ya rabb
wassalam dari cah klah 73 :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar